Penjara bukanlah akhir segalanya. Di Penjara, Erwin Arnada yang tersangkut kasus penyiaran kesusilaan justru berhasil merampungkan naskah film Rumah di Seribu Ombak. "Saya menuliskannya seama 9 bulan, tapi kepotong ketika ditahan dan menyelesaikannya di penjara," kata Erwin dalam percakapannya dengan Tempo, Kamis 29 September 2011.
Rumah di Seribu Ombak merupakan film bertema anak-anak dengan pesan utama pluralisme. Mengambil latar belakang di Singaraja Bali, film tentang persahabatan antara anak muslim dan anak hindu ternyata mengungkap sisi gelap phedofilia di Singaraja. "Saya melihat dan bertemu beberapa korban, jadi film ini berdasarkan kejadian sebenarnya," papar Erwin.
Erwin mengaku telah meriset selama tiga tahun demi cerita ini. "Saya amatin bener korban-korban phedofile dan hubungan antar agama di Singaraja," kata dia. Apalagi selama ini, Singaraja dikenal sebagai kawasan tempat penduduk muslim di Bali.
Tak perlu khawatir tentang tema film ini. Erwin berjanji, Rumah di Seribu Ombak tetap wajar ditonton oleh anak-anak. Soalnya kisah persahabatan akan berakhir bahagia.
Seperti halnya film untuk anak-anak lainnya yang penuh rasa optimis untuk mencapai cita-cita. "Akan ada kisah persahabatan beda agama yang bisa saling mengembalikan kepercayaan," ujar mantan Pemimpin Redaksi Majalah Playboy Indonesia.
Persahatan dua anak berusia 11 tahun dengan latar belakang beda agama, menurut Erwin, sesuai dengan perhatiannya selama ini, toleransi. "Kisahnya lebih kental toleransi dengan moral cerita pluralisme," ujar dia.
Agar suasana toleransi terasa, Erwin mengambil pemain dari Singaraja dan Bali pada umumnya. Memang ada beberapa nama selebriti yang ikut terlibat, antarasasam lain Lukman Sardi yang masih menimbang-nimbang dan Jerinx, drummer Superman Is Dead. Adapun penulis skenario, Erwin mempercayakan kepada Jujur Prananto
Erwin di film ini akan menjadi sutradara sekaligus produser. "Ini pertama kali setelah sebelas kali saya menjadi produser film," kata dia. Film-film yang diproduseri Erwin antara lain Asmara dua Diana (2009), Jaelangkung 3 (2007),Jakarta Undercover (2006),Cinta silver (2005),Catatan akhir sekolah (2005), 30 hari mencari cinta (2004) dan Tusuk jelangkung (2003).
As taken from: Tempointeraktif.com
Rumah di Seribu Ombak merupakan film bertema anak-anak dengan pesan utama pluralisme. Mengambil latar belakang di Singaraja Bali, film tentang persahabatan antara anak muslim dan anak hindu ternyata mengungkap sisi gelap phedofilia di Singaraja. "Saya melihat dan bertemu beberapa korban, jadi film ini berdasarkan kejadian sebenarnya," papar Erwin.
Erwin mengaku telah meriset selama tiga tahun demi cerita ini. "Saya amatin bener korban-korban phedofile dan hubungan antar agama di Singaraja," kata dia. Apalagi selama ini, Singaraja dikenal sebagai kawasan tempat penduduk muslim di Bali.
Tak perlu khawatir tentang tema film ini. Erwin berjanji, Rumah di Seribu Ombak tetap wajar ditonton oleh anak-anak. Soalnya kisah persahabatan akan berakhir bahagia.
Seperti halnya film untuk anak-anak lainnya yang penuh rasa optimis untuk mencapai cita-cita. "Akan ada kisah persahabatan beda agama yang bisa saling mengembalikan kepercayaan," ujar mantan Pemimpin Redaksi Majalah Playboy Indonesia.
Persahatan dua anak berusia 11 tahun dengan latar belakang beda agama, menurut Erwin, sesuai dengan perhatiannya selama ini, toleransi. "Kisahnya lebih kental toleransi dengan moral cerita pluralisme," ujar dia.
Agar suasana toleransi terasa, Erwin mengambil pemain dari Singaraja dan Bali pada umumnya. Memang ada beberapa nama selebriti yang ikut terlibat, antarasasam lain Lukman Sardi yang masih menimbang-nimbang dan Jerinx, drummer Superman Is Dead. Adapun penulis skenario, Erwin mempercayakan kepada Jujur Prananto
Erwin di film ini akan menjadi sutradara sekaligus produser. "Ini pertama kali setelah sebelas kali saya menjadi produser film," kata dia. Film-film yang diproduseri Erwin antara lain Asmara dua Diana (2009), Jaelangkung 3 (2007),Jakarta Undercover (2006),Cinta silver (2005),Catatan akhir sekolah (2005), 30 hari mencari cinta (2004) dan Tusuk jelangkung (2003).
As taken from: Tempointeraktif.com
0 cap cis cus:
Posting Komentar
Terima kasih untuk meninggalkan komentar Anda di artikel ini.. :)